Agamanya adalah Islam di sisi Allah SWT. Tarekat agama memiliki “aspek gaib” yang berhubungan dengan hati selain “aspek yang terlihat” yang berkaitan dengan ibadah. Aspek agama yang tidak terlihat yang berhubungan dengan hati disebut "Iman" dan aspek yang terlihat terkait dengan ibadah disebut "Islam".
Iman merupakan dasar Islam.
Seseorang melakukan semua ibadah tanpa iman adalah sia-sia.
“Barang siapa yang menolak iman, maka sia-sialah amalnya, dan di akhirat ia termasuk orang-orang yang merugi (semua kebaikan ruhani).” [Maída, 5]
Jika dia memiliki iman di dalam hatinya tetapi dia tidak melakukan ibadah karena kemalasan, dia akan diganjar surga setelah dia disiksa sebanyak cacat dalam ibadahnya. Orang yang imannya kecil dan takut kepada Allah (swt) akhirnya masuk surga. Diperintahkan dalam hadits bahwa:
"Seseorang yang memiliki sentuhan iman di dalam hatinya akan terhindar dari api neraka." (Tirmidzi)
Orang tersebut mengalami Islam sesuai dengan imannya.
Orang yang menerima Islam dengan aspek yang terlihat disebut "Muslim". Keputusan tentang seseorang diambil dengan aspek yang terlihat. Jika seseorang menyatakan dia percaya pada Pencipta yang unik dan tunggal dan segala sesuatu yang diumumkan oleh para rasul-Nya dan melaporkan keyakinannya dengan mengatakan "Lailahe illallah", dia diputuskan untuk menjadi "Muslim". Bahasa yang dia gunakan tidak masalah.
Rasulullah (s.a.w) memerintahkan bahwa:
"Jangan menyebut orang yang mengatakan Lailahe illallah kafir karena dosa-dosa mereka! Orang-orang yang menyebut mereka kafir adalah kafir itu sendiri." [Buhari]
Allah (swt) memerintahkan dalam ayat-ayat Al-Qur'an bahwa:
"Wahai orang-orang yang beriman! Ketika kamu pergi ke luar negeri di jalan Allah, selidiki dengan hati-hati, dan jangan katakan kepada siapa pun yang menawarkan salam: "Kamu bukan orang yang beriman!" (Nisaa, 94)
# Keputusan hati milik Allah (swt)
Pembaca yang budiman, hindari mendefinisikan seseorang yang mengatakan dirinya seorang Muslim dengan menyatakan "Saya beriman kepada Allah (swt)" sebagai orang yang tidak beriman.
Keputusan hati adalah milik Allah (swt). Tidak ada dari kita yang bisa menilai keimanan seseorang.
Jika seseorang mengatakan dia percaya tetapi dia tidak percaya atau keyakinannya memiliki keraguan dan keraguan, itu adalah masalah antara orang tersebut dan Allah (swt). Orang tersebut diterima sebagai seorang Muslim kecuali tidak ada tanda penyangkalan yang jelas dalam perbuatan dan perkataannya. Dia tunduk pada Hukum Islam.
Orang-orang yang mencapai keselamatan adalah orang-orang beriman yang beriman kepada Allah dan beramal saleh.
“Orang-orang yang tidak beriman kepada Tanda-Tanda Allah, Allah tidak akan memberi petunjuk kepada mereka, dan bagi mereka azab yang pedih.” (Nahl, 104)
"Tetapi orang yang mengerjakan amal saleh, dan memiliki iman, tidak akan takut akan bahaya atau pengurangan apa pun (apa yang menjadi haknya)." (Taha, 112)
Seseorang harus percaya kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab Suci, Rasul-rasul, akhirat dan iman Takdir untuk keyakinan yang nyata. Diperintahkan dalam ayat-ayat Al-Qur'an bahwa:
"Hai orang-orang yang beriman! Percayalah kepada Allah dan Rasul-Nya, dan Kitab Suci yang Dia kirimkan kepada Rasul-Nya dan Kitab Suci yang Dia kirimkan kepada orang-orang sebelumnya (dia). Setiap orang yang mengingkari Allah, malaikat-malaikat-Nya, Kitab-Kitab-Nya, Rasul-Nya, dan Hari Pengadilan, telah pergi jauh, jauh sesat.” (Nisaa, 136)
“Sesungguhnya, segala sesuatu telah Kami ciptakan dalam proporsi dan ukuran.” (Qamar, 49)
Kalau Kamu yang memiliki rencana menunaikan ibadah umroh, maka Kamu seharusnya prepare terlebih dulu, seperti berangkat dengan damai menggunakan jasa paket biaya umroh 2023. Semoga Allah mempermudah niat agung Anda. Biar perjalanan umroh Kalian diganjar pahala oleh Allah SWT.